Konsep "Smart City" Untuk Mendukung "Masyarakat Cerdas"

 Konsep "Smart City" Untuk Mendukung "Masyarakat Cerdas"

Oleh: Toman Sony Tambunan
(
Aparatur Sipil Negara, Akademisi, Pembelajar, Penulis Buku, Praktisi, Peneliti, Konsultan, Editor Buku, Reviewer Jurnal)

 Smart City merupakan suatu konsep perencanaan, penataan dan pengelolaan kota yang saling terintegrasi dalam semua aspek kehidupan, guna mendukung masyarakat yang cerdas, berpendidikan, memiliki moral serta peningkatan kualitas hidup yang berkelanjutan. Smart City bertujuan untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih cerdas, berdaya saing, mandiri, kreatif, serta berkelanjutan.

Harian Kompas bersama Institut Teknologi Bandung bekerja sama menyusun Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015. Secara umum, ada tiga aspek utama yang dijadikan dasar penilaian atas tingkat kematangan kota terkait implementasi kota cerdas, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kota yang dianggap telah menerapkan konsep cerdas berarti bisa memenuhi kebutuhan dan memecahkan persoalan warga di bidang perekonomian, sosial, dan lingkungan.
Dikatakan kota "cerdas ekonomi" adalah kota yang mampu berkembang dengan memaksimalkan sumber daya alam yang terbatas, termasuk air dan lahan. Selain itu pendidikan adalah kunci mencetak manusia berkualitas yang mampu menjadi aset dan aktor utama penggerak ekonomi.
Disebut kota "cerdas sosial" adalah kota yang mampu memberdayakan serta memberikan kenyamanan dan keamanan bagi warganya. Warga juga mendapatkan layanan kesehatan, transportasi, dan layanan publik yang layak. Selain itu, warga juga bisa berkomunikasi baik secara konvensional maupun lewat media sosial, serta memberikan masukan kepada pemerintah. Indikator yang digunakan adalah variabel yang terkait dengan keamanan, bencana dan kriminalitas, kesehatan, transportasi, layanan publik dan aktivitas sosial digital.
Dimaknai sebagai kota "pengelolaan lingkungan yang cerdas" adalah kota yang bisa menyediakan hunian yang sehat, pengelolaan energi dengan prinsip hemat, dan kesesuaian tata ruang. Indikator yang digunakan adalah variabel terkait penggunaan dan penghematan energi. Untuk melihat solusi di bidang tata ruang, digunakan pengamatan kesesuaian tata ruang, ketersedian ruang terbuka hijau, serta ada atau tidak ada lingkungan kumuh.

Catatan: 11 Juli 2021


Tidak ada komentar:

Posting Komentar