Setiap orang memiliki hidup
dan tingkatan status sosialnya masing-masing. Bagi orang yang pekerja keras, tentunya
akan menuai hasil yang baik dengan memperoleh rejeki yang baik pula. Namun, bagi
orang pemalas dan tidak mau bekerja, tentunya akan memperoleh situasi yang membuat
kehidupan menjadi terasa sulit.
Penulis banyak menjumpai
fenomena nyata dimana para kaum bapak (suami) yang menghabiskan waktunya hanya duduk
di kedai sambil bermain catur atau mengobrol seharian bersama teman-temannya. Bahkan,
lebih parah lagi penulis pernah menjumpai beberapa kaum bapak (suami) yang hanya
kesehariannya melakukan aktivitas berjudi. Hal ini sangat miris, tetapi situasi
seperti ini masih banyak dijumpai di lingkungan sekitar. Pada beberapa kesempatan
waktu, penulis mencoba melakukan observasi kecil-kecilan kepada kaum bapak (suami)
yang aktivitas dan waktunya dihabiskan di kedai kopi. Penulis berkesimpulan bahwa
tidak ada pembahasan yang khusus dan yang penting dibahas oleh para kaum bapak (suami)
yang ada di warung kopi tersebut. Artinya, tidak ada hal-hal yang positif yang bisa
dihasilkan dari pembahasan mereka di warung kopi tersebut, sehingga mereka bisa
mendapatkan penghasilan untuk bisa digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Mereka
hanya menghabiskan waktu dan energi untuk membahas sesuatu hal yang tidak begitu
penting menurut saya secara pribadi.
Akan tetapi, banyak juga
penulis lihat di kehidupan sekitar, para kaum bapak (suami) bekerja keras untuk
mendapatkan penghasilkan guna memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Dari pagi
hingga ke malam, para kaum bapak (suami) banyak yang melakukan aktivitas pekerjaan
untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Saya tidak habis pikir,
bila melihat beberapa kaum bapak (suami) yang hanya menghabiskan waktunya dengan
percuma tanpa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. Bahkan penulis banyak melihat,
bahwa banyak kaum bapak (suami) yang sudah beberapa tahun menjalani kehidupannya
dengan cara bersantai-santai, tanpa melakukan suatu pekerjaan yang dapat meningkatkan
penghasilannya. Pada sisi lain, banyak penulis melihat bahwa kaum ibu (istri) berperan
yang sebagai tulang punggung untuk mencari nafkath. Ironis, melihat situasi seperti
ini. Seseorang (bapak) yang memiliki anggota tubuh yang lengkap, memiliki fisik
tubuh yang sehat, dan memiliki pemikiran yang sehat. Tetapi, semua potensi yang
dimilikinya tersebut, tidak diberdayakan dan digunakan dengan baik untuk melakukan
sesuatu untuk memperoleh penghasilan dan meningkatkan taraf kehidupannya menjadi
lebih baik.
Seorang bapak (suami) akan
kehilangan rasa hormat yang terbaik dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya, ketika
dia tidak bisa menjadi seorang bapak (suami) yang tidak mampu menjalankan peran
dan memenuhi tanggung jawabnya dalam memberi nafkah kehidupan bagi keluarganya.
Seorang bapak (suami) tentunya diharapkan menjadi pihak yang bertanggung jawab penuh
terhadap kehidupan keluarganya. Seorang bapak (suami) jangan bergantung kepada ibu
(istri) untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seorang ibu (istri) bukan menjadi tumpuan
dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Lebih baik dua yang bekerja, daripada satu
yang bekerja. Bila hanya satu yang bekerja, tentunya akan masih mengalami kekurangan
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Salah satu pekerjaan yang
hebat dilakukan oleh seorang bapak (suami) adalah mau sepenuhnya bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memberikan kebahagiaan bagi keluarganya.
Dengan itu, maka seorang bapak (suami) bisa menjadi panutan sebagai kepala keluarga
yang bertanggung jawab.
Melalui tulisan yang sederhana
ini, saya mencoba mengetuk pintu hati para kaum bapak (suami) yang masih menelantarkan
perannya sebagai tulang punggung keluarga, untuk lebih giat mencari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan keluarganya. Jangan abaikan peran penting dan tanggung
jawab Anda sebagai kepala keluarga. Gunakan potensi dan sumber daya yang diberikan
oleh Sang Pemilik Kehidupan untuk mengangkat kehidupan keluarga menjadi lebih baik.
Dalam kehidupan ini, tidak
ada seorang pun yang miskin. Tetapi, banyak orang yang malas. Dengan faktor kemalasan
tersebut, menyebabkan seseorang menjadi miskin. Sesuatu yang benar, bahwa seseorang
diberikan akal dan pikiran yang baik, serta fisik tubuh yang sehat dan lengkap oleh
Sang Pemilik Kehidupan. Dengan itu, maka setiap manusia bisa menjalani kehidupannya
dengan baik dan sejahtera melalui pemanfaatan potensi dan sumber daya yang ada.
Bila seseorang bisa menggunakan potensi dan sumber daya yang dimilikinya secara
penuh, maka seseorang dapat hidup lebih baik dengan materi yang berkecukupan.
Catatan: Toman Sony Tambunan
28 Agustus 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar